Menulis dan Misteri di Dalamnya

| Minggu, 16 September 2012


Sebuah catatan kecil yang didapat dari pelatihan menulis oleh Kang Andri Gun-Gun Gunawan, 14 September 2012.
Menulis merupakan salah satu bagian dari aspek berbahasa, seseorang dikatakan cerdas apabila tidak hanya pandai berbicara saja melainkan dapat menggunakan aspek lain dalam berbahasa dengan baik, salah satunya adalah menulis. Banyak orang yang pandai dalam akademik atau dalam mata pelajaran yang diajarkan di dunia pendidikan namun tidak dapat mengungkapkan kepintarannya dengan berbicara, dan yang paling banyak adalah orang yang pandai berbicara namun tidak dapat menuangkan kepintarannya tersebut ke dalam catatan dan tulisan, itulah faktanya. Bahkan disebutkan pula ada 3 aspek kesuksesan yang harus dijalankan, yaitu:
a.    Berbicara
b.    Menulis
c.    Melakukan
“Jadi jadilah orang yang cerdas!”

Ada dua  alasan jangka panjang yang didapat dari menulis, yaitu:
1.    Menulis itu merupakan proses mengabadikan nama
Loh ko bisa? Ya kita tahu Khalil Gibran, Imam Syafi’I, Habiburrahman Ashshirazi, dan banyak lagi penulis-penulis ternama di dunia ini, mereka menulis sesuatu yang memberikan manfaat dan tulisan serta karya-karya mereka terus menjadi sumber bacaan dan referensi yang berguna dan menarik sehingga orang-orang di zaman yang berbeda dengan mereka pun masih bisa mengenal dan mengenang mereka dengan baik, dari tahun ke tahun, dari masa ke masa dan dari satu era hingga era selanjutnya nama mereka akan senantiasa abadi.
“Tulislah sesuatu yang layak dibaca, atau lakukan sesuatu yang layak ditulis!”

2.    Menulis itu sedekah yang menembus batas dan waktu
“tiga hal yang tak akan pernah berhenti mengalir walau telah tiada di dunia, anak yang soleh, sodakoh jariyah dan Ilmu yang bermanfaat”
Ilmu yang dituangkan ke dalam tulisan dan memberi manfaat dan memiliki daya guna yang berkelanjutan untuk umat manusia merupakan sodakoh dan pewarisan ilmu yang sangat efektif, dengan demikian kita tidak perlu berjumpa, kita tidak perlu bertatap muka secara langsung dengan pewaris tulisan ilmu tersebut, mereka para penulis (kita Insyaallah) memberikan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk diberikan dan diturunkan kepada generasi selanjutnya, sehingga tak ada batasan waktu dan ruang yang menghalangi.
“Menulislah sebelum namamu ditulis di batu nisan!”




0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲